Menjelajahi selat-selat di Gugusan Pulo Aceh

Anglers: rian, iman, si lek, dan saya.
laut yang tenang seperti kaca, ternyata gempa 5,0 sr mengguncang Aceh .
19 Desember 2010.


minggu pagi 19 Desember 2010, seperti biasa setelah membeli sarapan nasi guri Pak Rasyid, di depan Masjid Raya Baiturrahman. umpan udang di sekitar ulheleu, dan kopi di dekat dermaga. kami langsung menuju restoran seafood Samoedra, langsung ke belakang restoran tempat bersandarnya kapal pesiar "mewah" yang akan kami gunakan. hehehe...



matahari muncul di ufuk timur, bersamaan dengan hidupnya mesin outboard 40pk bang Man pemilik boat.
setelah 10 menit Tuan pulau di daerah Ujung Pancu kami lewati, sesaat sebelum belok ke kiri untuk masuk ke pintu Aroih Cut, kami di buat terheran-heran. kenapa laut di sana yang biasanya selalu bergelora, kini tampak seperti kolam renang. heran punya heran,saat kembali ke darat sore harinya kami di beritahu, tadi pagi saat kami baru keluar dari ulheleu menuju laut,terjadi gempa berkekuatan 5,0 Sr. dan kami hanya "tersenyum" mendengarnya. di satu sisi takut akan terjadi apa-apa saat kami di laut tadi, dan satu sisi merasa nyaman karena laut sperti kolam renang, akibat tidak adanya angin karena terjadi gempa tersebut.

tidak butuh waktu lama, dari start memancing sekitar pukul tujuh, mulai dari Arus Besar, drifting ke arah kapal karam, karena arus memang ke arah Sabang.

ikan-ikan mulai merenggang nyawa di atas boat,
kerapu, triggerfish, belacung, serta ikan karang lain yang kami dapatkan.



bergeser agak ke pinggir ke arah pulau bunta, karena laut memang sangat teduh. kami mulai mendapat sanbaran dari kucing-kucing, dan ikan agam (jobfish).
semua masih dalam ukuran table size, strike besar
di awali Rian tiga x reel Shimano Aceration miliknya
berdesing dengan indahnya menandakan seekor ikan besar sedang berada dalam air, menarik tidak henti-hentinya. tapi sayang semuanya mocel, entah apa yang salah.
jigging di kedalaman 40 meterpun belum menghasilkan monster pulo aceh.



ikan terbesar dalam trip ini di peroleh rian, yaitu Triggerfish seberat kira-kira 2 kg sekian, karena tidak di timbang.
setelah istirahat di lampuyang, yang mana adalah kampung halaman sang pemilik boat, pukul 2 kami memutuskan kembali ke banda aceh, karena sepertinya ikan sudah cukup dan panasnya matahari luar biasa hari itu.
tentunya kami tidak mau menjadi seperti orang-orang mumbay setiap habis ngetrip ke laut. hehehe
pemancing kok takut panas !

Komentar

Postingan Populer