arus menentukan selera makan ikan
postingan om jabricks, di fishyforum.com
Judul thread ini singkat, tapi mengandung suatu pertanyaan yang jawabannya bisa berkilo2meter panjangnya....
Sebelumnya saya pernah mengutarakan apa yang akan saya ketik ini di suatu thread entah dimana saya juga udah lupa.
Apa hubungan antara arus dan nafsu makan ikan? Begini konon hikayatnya.....
Analisa ini berdasarkan interview saya dengan berbagai nelayan, kapten kapal mancing, dan temen2 dedengkot mancing di seluruh pelosok Indonesia yang udah pernah saya datengin, dan hasil pengamatan saya sendiri selama sekian tahun main di laut.
Gini ceritanya:
Ikan, waktu masih kecil, atau memang jenis2 ikan yang kecil2 dan ga akan pernah jadi gede ukurannya, selalu berenang dalam kelompok. Ini sudah sifat alaminya untuk memperhankan hidup, semakin gede ukurannya biasanya akan semakin solitaire (menyendiri).
Nah seperti kita ketahui, rantai makanan di laut adalah sbb: plankton dimakan ikan kecil, ikan kecil dimakan ikan lebih gede, ikan lebih gede dimakan ikan lebih gede lagi dan seterusnya sampai tingkat teratas yaitu hiu atau paus, dan paling atasnya lagi adalah mamalia darat bernama manusia.
Nah... lalu apa hubungan arus sama nafsu makan si predator ini?
Ternyata, (kata syahibul hikayat) pada saat gerombolan ikan2 kecil ini berenang melawan arus dan dia sampai pada lokasi dimana terdapat tubiran karang, atau apapun yang menghalangi jalannya arus seperti tanjungan pulau, seamount, atol, atau apalah itu yang jelas disitu arus menabrak sesuatu dan terjadilah turbulensi2, ikan2 kecil yang berenang bergerombol itu suka salah langkah, atau formasinya terganggu dengan keadaan arus yang berubah arah atau kecepatannya karena turbulensi itu, disitulah kesempatan ikan predator atau ikan yang lebih gede memangsa mereka. Dalam keadaan tanpa arus, atau arus lemah, kondisi turbulensi akan melemah juga, saat itu gerombolan ikan2 kecil itu formasinya lebih alert (waspada), mereka lebih susah ditangkap sama si pemangsa karena mereka lebih mudah menghindar, buat yang hobi diving atau snorkeling pasti sering melihat hal seperti ini.
Kondisi ini sudah berlangsung dari saat si predator itu masih kecil, ingat... si pemangsa ini pada awal hidupnya juga adalah ikan2 kecil yang pasti juga bergerombol untuk mempertahankan hidupnya, ga ada ikan yang lahir tiba2 jadi gede, semuanya melalui proses alam ini. Nah, untuk bisa jadi gede, si pemangsa ini telah melewati masa2 hidupnya yang sulit, memangsa, atau dikejar2 pemangsa. Kalau dia bisa jadi gede, berarti dia adalah salah satu dari gerombolan ikan2 kecil itu yang mungkin punya kelebihan diantara teman2nya sehingga dia bisa survive jadi ikan gede, proses ini memakan waktu detik demi detik, jam demi jam, hari demi hari bahkan bertahun2 lamanya... dan si pemangsa ini belajar, ya... belajar dari pengalaman.... bahwa ternyata ikan kecil lebih mudah ditangkap kalo formasinya sering buyar, kapan itu? kalo ada arus, ada turbulensi... nah kalo ga ada arus? Dia susah makan, makanya tanpa adanya arus, nafsu makan si predator ini turun drastis, karena dia sudah tau bahwa saat2 ini menangkap makanannya sulit, maka mending dia ga berusaha menangkap daripada buang2 energy. (gw kaya udah pernah jadi ikan aja yee??)
Makanya, bukan hanya manusia yang rumahnya ada bagian2nya, ikanpun begitu, mereka punya rumah yang ada meja makannya, dan biasanya predator hanya makan di meja makannya saja, bukan di bagian lain dari rumah itu.
Rumah mereka adalah gugusan karang, dan meja makan mereka adalah posisi2 dimana terdapat arus yang pada saat2 tertentu kondisinya ideal sekali untuk memergoki ikan2 kecil yang salah langkah dan gampang ditangkap.
Itulah sebabnya, kenapa di satu atol, atau pulau, popping GT hanya menghasilkan strike selalu di lokasi yang sama walaupun ikannya berbeda (karena ikan sebelumnya udah kena pancing dan diangkat naik kapal alias masuk wajan penggorengan), ikan GT baru yang menempati lokasi itu, akan menemukan lokasi meja makannya yang sama seperti ikan sebelumnya (lokasi dimana kondisi arus ideal untuk menangkap mangsa) bukan di pojok2 yang lain dari lokasi itu.
Bagi yang sering popping ke Ujung Kulon pasti sudah hafal dimana point2 yang sering menghasilkan strike dan mana point2 yang walaupun dilempar popper 2 juta kalipun ga akan dapat strike. Lokasi yang tidak pernah menghasilkan strike pasti bukan meja makan si GT, disitu kondisi arusnya tidak mendukung dia untuk berburu dan menangkap makanannya.
Nah, lalu kapan arusnya cocok dan kapan di suatu lokasi menjadi meja makan dan waktu makan bagi si predator? Ini semua berhubungan dengan pasang surut.
Tanpa adanya pasang surut tidak akan terjadi arus, semakin tinggi perbedaan pasang surut, semakin kencang arusnya, semakin kencang arusnya semakin besar kesempatan ikan2 kecil ini kehilangan formasinya. Tapi ada pengecualian untuk hal ini, kadang kala di lokasi yang arusnya suatu saat begitu kuat (karena perbedaan pasang surut yang tinggi, ataupun karena topografinya misalnya selat yang menyempit seperti di merak misalnya) si predator ini malah kesulitan untuk mengejar, atau bahkan ikan2 makanannya sama sekali habis tersapu arus, nah saat ini juga meja makan itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya, saat itu si predator akan kehilangan nafsu makannya juga karena kesulitan menangkap mangsanya, tapi... suatu saat kondisi ini bisa berubah jadi ideal sejalan dengan kecepatan arus yang melemah, yaitu pada saat konda pergantian antara puncak pasang atau surut, atau saat dimana perbedaan pasang surut tidak terlalu besar, yaitu diluar masa purnama atau diluar masa bulan baru(gelap).
Masalah ini kompleks sekali, karena untuk suatu tempat menjadi ideal untuk berburu si predator, kecepatan arusnya harus benar2 ideal dan masa2 ini hanya tertentu saja, kadang di suatu lokasi kondisi idealnya benar2 hanya dalam hitungan menit atau jam saja dalam sehari.
Contohnya di alor, saya punya satu lokasi dimana lokasi ini hanya bisa dipancingi kalau posisi arusnya mendekati puncak pasang atau puncak surut sampai dengan posisi sedikit melewati puncaknya, dan ini pada saat bulan purnama atau bulan baru, temponya hanya sekitart 1 jam saja, pada saat bulan seperempat temponya sedikit agak lama sekitar 1,5jam, dan pada saat bulan setengah (saat konda) lokasi ini kosong melompong ikan ga mau makan sama sekali.
Makanya akan sangat22222 berguna untuk mempelajari arus di suatu lokasi, dengan begitu kita dapat memperhitungkan waktu mancing kita secara efisien.
Cerita diatas ini hanya berlaku untuk ikan2 predator yang mencari makan disekitaran karang, contohnya GT, Doggie, Barkud dll. Untuk ikan2 pelagis pengembara seperti tuna, marlin dsb teori ini tidak berlaku, karena apa? Meja makan mereka bukan di sekitaran karang tapi juga di laut dalam, di laut dalam hampir tidak ada turbulensi arus makanya mereka punya pola makan yang berbeda. Famili tuna misalnya, mereka makan dengan cara keroyokan, ikan2 kecil mereka kelilingi dengan kelompoknya dengan berenang memutar, memutar terus sampai diameter lingkaran putarannya semalin lama semakin kecil sehingga suatu saat ikan2 kecil itu tidak punya ruangan lagi untuk bergerak melarikan diri, saat inilah gerombolan predator itu pesta makan, ditandai dengan loncatan2. Saya pernah menyaksikan proses ini waktu musim popping tuna th 2005 lalu di Pelabuhan Ratu, saya melihat laut yang tadinya tenang, ikan kecil2 berenang bergerombol tiba2 gerombolannya panik dan menjadi semakin rapat dan semakin rapat sehingga suatu saat gerombolan itu melompat2 keluar dari air karena sudah tidak ada ruangan tersisa lagi dan beberapa detik kemudian laut mendidih tuna berlompatan menghajar ikan2 kecil itu.
teori2 diatas tidak juga berlaku untuk ikan yang hidupnya di lubang2 karang dan menunggu mangsa lewat untuk disantap, contohnya kerapu, makanya... walaupun arus matek, kerapu tetap punya nafsu makan.
Dari sini kita bisa menarik kesimpulan sbb:
1. Apa target ikan pancingan kita.
2. Bagaimana pola atau cara makan ikan target kita.
3. Cari lokasi ideal yang jadi meja makannya.
4. Cari waktu yang tepat mereka duduk di meja makannya siap menyantap makan siangnya.
5. Sesuaikan teknik menipu acara makan siang mereka dengan umpan pancing kita.
Nah, kalo kelima syarat diatas bisa dijalankan, mungkin ga usah 100% tapi setengahnya aja, paling tidak kita sudah setengahnya ngirit waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan untuk mancing. Dan punya 50% kesempatan strike lebih banyak daripada yang pergi mancing awur2an.
Sebelumnya saya pernah mengutarakan apa yang akan saya ketik ini di suatu thread entah dimana saya juga udah lupa.
Apa hubungan antara arus dan nafsu makan ikan? Begini konon hikayatnya.....
Analisa ini berdasarkan interview saya dengan berbagai nelayan, kapten kapal mancing, dan temen2 dedengkot mancing di seluruh pelosok Indonesia yang udah pernah saya datengin, dan hasil pengamatan saya sendiri selama sekian tahun main di laut.
Gini ceritanya:
Ikan, waktu masih kecil, atau memang jenis2 ikan yang kecil2 dan ga akan pernah jadi gede ukurannya, selalu berenang dalam kelompok. Ini sudah sifat alaminya untuk memperhankan hidup, semakin gede ukurannya biasanya akan semakin solitaire (menyendiri).
Nah seperti kita ketahui, rantai makanan di laut adalah sbb: plankton dimakan ikan kecil, ikan kecil dimakan ikan lebih gede, ikan lebih gede dimakan ikan lebih gede lagi dan seterusnya sampai tingkat teratas yaitu hiu atau paus, dan paling atasnya lagi adalah mamalia darat bernama manusia.
Nah... lalu apa hubungan arus sama nafsu makan si predator ini?
Ternyata, (kata syahibul hikayat) pada saat gerombolan ikan2 kecil ini berenang melawan arus dan dia sampai pada lokasi dimana terdapat tubiran karang, atau apapun yang menghalangi jalannya arus seperti tanjungan pulau, seamount, atol, atau apalah itu yang jelas disitu arus menabrak sesuatu dan terjadilah turbulensi2, ikan2 kecil yang berenang bergerombol itu suka salah langkah, atau formasinya terganggu dengan keadaan arus yang berubah arah atau kecepatannya karena turbulensi itu, disitulah kesempatan ikan predator atau ikan yang lebih gede memangsa mereka. Dalam keadaan tanpa arus, atau arus lemah, kondisi turbulensi akan melemah juga, saat itu gerombolan ikan2 kecil itu formasinya lebih alert (waspada), mereka lebih susah ditangkap sama si pemangsa karena mereka lebih mudah menghindar, buat yang hobi diving atau snorkeling pasti sering melihat hal seperti ini.
Kondisi ini sudah berlangsung dari saat si predator itu masih kecil, ingat... si pemangsa ini pada awal hidupnya juga adalah ikan2 kecil yang pasti juga bergerombol untuk mempertahankan hidupnya, ga ada ikan yang lahir tiba2 jadi gede, semuanya melalui proses alam ini. Nah, untuk bisa jadi gede, si pemangsa ini telah melewati masa2 hidupnya yang sulit, memangsa, atau dikejar2 pemangsa. Kalau dia bisa jadi gede, berarti dia adalah salah satu dari gerombolan ikan2 kecil itu yang mungkin punya kelebihan diantara teman2nya sehingga dia bisa survive jadi ikan gede, proses ini memakan waktu detik demi detik, jam demi jam, hari demi hari bahkan bertahun2 lamanya... dan si pemangsa ini belajar, ya... belajar dari pengalaman.... bahwa ternyata ikan kecil lebih mudah ditangkap kalo formasinya sering buyar, kapan itu? kalo ada arus, ada turbulensi... nah kalo ga ada arus? Dia susah makan, makanya tanpa adanya arus, nafsu makan si predator ini turun drastis, karena dia sudah tau bahwa saat2 ini menangkap makanannya sulit, maka mending dia ga berusaha menangkap daripada buang2 energy. (gw kaya udah pernah jadi ikan aja yee??)
Makanya, bukan hanya manusia yang rumahnya ada bagian2nya, ikanpun begitu, mereka punya rumah yang ada meja makannya, dan biasanya predator hanya makan di meja makannya saja, bukan di bagian lain dari rumah itu.
Rumah mereka adalah gugusan karang, dan meja makan mereka adalah posisi2 dimana terdapat arus yang pada saat2 tertentu kondisinya ideal sekali untuk memergoki ikan2 kecil yang salah langkah dan gampang ditangkap.
Itulah sebabnya, kenapa di satu atol, atau pulau, popping GT hanya menghasilkan strike selalu di lokasi yang sama walaupun ikannya berbeda (karena ikan sebelumnya udah kena pancing dan diangkat naik kapal alias masuk wajan penggorengan), ikan GT baru yang menempati lokasi itu, akan menemukan lokasi meja makannya yang sama seperti ikan sebelumnya (lokasi dimana kondisi arus ideal untuk menangkap mangsa) bukan di pojok2 yang lain dari lokasi itu.
Bagi yang sering popping ke Ujung Kulon pasti sudah hafal dimana point2 yang sering menghasilkan strike dan mana point2 yang walaupun dilempar popper 2 juta kalipun ga akan dapat strike. Lokasi yang tidak pernah menghasilkan strike pasti bukan meja makan si GT, disitu kondisi arusnya tidak mendukung dia untuk berburu dan menangkap makanannya.
Nah, lalu kapan arusnya cocok dan kapan di suatu lokasi menjadi meja makan dan waktu makan bagi si predator? Ini semua berhubungan dengan pasang surut.
Tanpa adanya pasang surut tidak akan terjadi arus, semakin tinggi perbedaan pasang surut, semakin kencang arusnya, semakin kencang arusnya semakin besar kesempatan ikan2 kecil ini kehilangan formasinya. Tapi ada pengecualian untuk hal ini, kadang kala di lokasi yang arusnya suatu saat begitu kuat (karena perbedaan pasang surut yang tinggi, ataupun karena topografinya misalnya selat yang menyempit seperti di merak misalnya) si predator ini malah kesulitan untuk mengejar, atau bahkan ikan2 makanannya sama sekali habis tersapu arus, nah saat ini juga meja makan itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya, saat itu si predator akan kehilangan nafsu makannya juga karena kesulitan menangkap mangsanya, tapi... suatu saat kondisi ini bisa berubah jadi ideal sejalan dengan kecepatan arus yang melemah, yaitu pada saat konda pergantian antara puncak pasang atau surut, atau saat dimana perbedaan pasang surut tidak terlalu besar, yaitu diluar masa purnama atau diluar masa bulan baru(gelap).
Masalah ini kompleks sekali, karena untuk suatu tempat menjadi ideal untuk berburu si predator, kecepatan arusnya harus benar2 ideal dan masa2 ini hanya tertentu saja, kadang di suatu lokasi kondisi idealnya benar2 hanya dalam hitungan menit atau jam saja dalam sehari.
Contohnya di alor, saya punya satu lokasi dimana lokasi ini hanya bisa dipancingi kalau posisi arusnya mendekati puncak pasang atau puncak surut sampai dengan posisi sedikit melewati puncaknya, dan ini pada saat bulan purnama atau bulan baru, temponya hanya sekitart 1 jam saja, pada saat bulan seperempat temponya sedikit agak lama sekitar 1,5jam, dan pada saat bulan setengah (saat konda) lokasi ini kosong melompong ikan ga mau makan sama sekali.
Makanya akan sangat22222 berguna untuk mempelajari arus di suatu lokasi, dengan begitu kita dapat memperhitungkan waktu mancing kita secara efisien.
Cerita diatas ini hanya berlaku untuk ikan2 predator yang mencari makan disekitaran karang, contohnya GT, Doggie, Barkud dll. Untuk ikan2 pelagis pengembara seperti tuna, marlin dsb teori ini tidak berlaku, karena apa? Meja makan mereka bukan di sekitaran karang tapi juga di laut dalam, di laut dalam hampir tidak ada turbulensi arus makanya mereka punya pola makan yang berbeda. Famili tuna misalnya, mereka makan dengan cara keroyokan, ikan2 kecil mereka kelilingi dengan kelompoknya dengan berenang memutar, memutar terus sampai diameter lingkaran putarannya semalin lama semakin kecil sehingga suatu saat ikan2 kecil itu tidak punya ruangan lagi untuk bergerak melarikan diri, saat inilah gerombolan predator itu pesta makan, ditandai dengan loncatan2. Saya pernah menyaksikan proses ini waktu musim popping tuna th 2005 lalu di Pelabuhan Ratu, saya melihat laut yang tadinya tenang, ikan kecil2 berenang bergerombol tiba2 gerombolannya panik dan menjadi semakin rapat dan semakin rapat sehingga suatu saat gerombolan itu melompat2 keluar dari air karena sudah tidak ada ruangan tersisa lagi dan beberapa detik kemudian laut mendidih tuna berlompatan menghajar ikan2 kecil itu.
teori2 diatas tidak juga berlaku untuk ikan yang hidupnya di lubang2 karang dan menunggu mangsa lewat untuk disantap, contohnya kerapu, makanya... walaupun arus matek, kerapu tetap punya nafsu makan.
Dari sini kita bisa menarik kesimpulan sbb:
1. Apa target ikan pancingan kita.
2. Bagaimana pola atau cara makan ikan target kita.
3. Cari lokasi ideal yang jadi meja makannya.
4. Cari waktu yang tepat mereka duduk di meja makannya siap menyantap makan siangnya.
5. Sesuaikan teknik menipu acara makan siang mereka dengan umpan pancing kita.
Nah, kalo kelima syarat diatas bisa dijalankan, mungkin ga usah 100% tapi setengahnya aja, paling tidak kita sudah setengahnya ngirit waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan untuk mancing. Dan punya 50% kesempatan strike lebih banyak daripada yang pergi mancing awur2an.
Komentar
Posting Komentar